Minggu, 06 November 2011

obat - obatan


Beberapa definisi obat
Antasida = obat yg menetralkan sebagian asam lambung
Antikolinergik = obat yang mengurangi sekresi asam lambung & motilitas         gastrointestinal
Antiflatulens = obat yang dipakai untuk mengatasi perut kembung atau falatulens dan kolik bayi
Antispasmodik = obat yang merelaksasi spasme otot dan mengurangi hipermortalitas saluran cerna
Laksatif = obat yg dipakai memperlancar defekasi atau mengosongkan isi usus
Antihelmintik = dipakai untuk mengobati infestasi cacing/parasit.
Analgesik = obat yang menghilangkan rasa sakit
Antiemetika = obat yg dipakai untuk mengendalikan gejala mual dan muntah.


dasar-dasar keperawatan

 Pengkajian TTV
*      NADI
NILAI NORMAL DENYUT NADI
  1. Bayi baru lahir 130 -160x/mnt
  2. Bayi pd umumnya 120-130x/mnt
  3. Anak-anak 80 – 120x/mnt
  4. Remaja 80 – 110x/mnt
  5. Dewasa 70 – 90x/mnt
  6. Lansia  60 – 70x/mnt
     Cara : dihitung 1 menit (lebih akurat)
           30 dtk x 2
            15 dtk x 4

TEMPAT PENGAMBILAN DENYUT NADI :
1.                     Arteri radialis
2.                     Arteri temporalis
3.                     Arteri femoralis
4.                     Arteri dorsalis pedis
     catatan  Pada bayi – usia 1 thn dapat diambil di ubun-ubun.
KELAINAN DENYUT NADI
q  Bradikardia krg dari 60x/mnt
q  Takhikardia lbh dari 100x/mnt
q  Pulsus parvus et tardus (nadi yg lemah dan lambat)
q  Pulsus alternans (nadi yg bergantian kuat dan lemah)
q  Water hummer pluse (nadi yg cpt meningkat dan menurun)
q  Pulsus seler dan pulsus paradoksus







*      TEKANAN DARAH
Tekanan darah adalah kekuatan darah terhadap dinding pembuluh darah. Tekanan darah arteri adalah kekuatan darah kedinding pembuluh darah yg menampung, mengakibatkan tekanan ini berubah – ubah pada setiap siklus jantung. Untuk pemeriksaan tekanan darah biasanya dilakukan pada lengan kanan, kecuali jika pada lengan tersebut terdapat cedera.     
 Tekana darah Menurut the JNC :
q  Sistolik
     < 140 mmHg : tekanan drh normal
     140 – 159 mmHg : hipertensi sistolik perbatasan
     > 160 mmHg : hipertensi sistolik terisolasi
q  Diastolik
     <  85 mmHg : normal
     85 – 99 mmHg : tekanan darah normal tinggi
    90 – 104 mmHg : hipertensi ringan
    105 – 114 : hipertensi sedang
      > 115 : hipertensi berat
Tekanan sistolik minimum menurut usia
q  Neonatus sampai usia 1 bulan : > 60 mmHg
q  Usia 1 bln – 1 thn > 70 mmHg
q  Usia > 1 thn : ( usia x 2 ) + 70 mmHg
Tes uji rempelit untuk DBD








*      SUHU TUBUH
PENGUKURAN SUHU TUBUH :
T4 pengukuran suhu tbh : aksila, oral, dan rectum
Normal nya : 36 – 37,5 0C
Subfebris : 37 – 38  0C
Febris : 38 – 39  0C
Hypotermi :    36  0C
Hypertermi :   40 0C
TANDA – TANDA DEMAM
q  Merasa haus
q  Anoreksia
q  Merasa dingin tetapi badan panas
q  Muka merah
q  Kulit kering + panas,bibir kering
q  Sakit kepala (cepalgia)
q  Nadi dan pernapasan cepat

TINGKAT DEMAM
q  Frigor ( klien merasa dingin dan menggigil )
           Penanganan : beri selimut dan minum air hangat
q  Color ( temperatur meningkat )
Penanganan : ekstra selimut diangkat, beri    minum, dan kompres
q  Suder ( masa berkeringat dan demamx trn)

 Penanganan : Pakaian yg basah diganti dan keringkan badan klien

*      PERNAPASAN

PERNAPASAN NORMAL
q  Bayi sekitar 30 – 40x/mnt
q  Anak – anak 20 – 30 x/mnt
q  Dewasa 16 – 20 x/mnt
q  Lansia 14 – 16x/mnt
      Cara : dihitung 1 menit / 60 dtk
          30 dtk x 2
           15 dtk x 4

KELAINAN PADA PERNAPASAN
q  Kusmaul ( pernapasan yg dalam dan cepat )
q  Hipoksia merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan oksigen dlm tubuh akibat difisiensi oksigen
q  Hiperventilasi merupakan peningkatan baik dalam frekwensi maupun kedalaman pernapasan
q  Hipoventilasi merupakan frekuensi pernapasan yg kurang/lambat dan dangkal
q  Dispnea merupakan perasaan sesak dan berat saat bernapas
q  Ortopnea merupakan kesulitan bernapas kecuali dlm posisi duduk atau berdiri
q  Pernapasan paradoksial merupakan pernapasan yg ditandai dengan pergerakan dinding paru yang berlawanan arah dari keadaan normal, sering ditemukan pada keadaan atelektasis
q  Stridor merupakan pernapasan bising yang terjadi karena penyempitan pada saluran pernapasan, biasanya ditemukan pada kasus spasme trakea atau obstruksi laring
q  Bradipne ( pernapasan yg lambat < 10 x/mnt )
q  Takhipne ( pernapasan yg cepat > 24x/mnt )
q  Apne ( henti napas )
q  Cheyne stokes ( pernapasan yg cepat, pelan, lambat dan akhirnya apne )
q  Biot ( pernapasan yg cepat dan mendadak menjadi apne )

SUARA TIDAK NORMAL YANG DAPAT DIAUSKULTASI PADA NAFAS ADALAH:

q  Rales : suara yang dihasilkan dari eksudat lengket saat saluran-saluran halus pernafasan mengembang pada inspirasi (rales halus, sedang, kasar). Misalnya pada klien pneumonia, TBC.
q  Ronchi : nada rendah dan sangat kasar terdengar baik saat inspirasi maupun saat ekspirasi. Ciri khas ronchi adalah akan hilang bila klien batuk. Misalnya pada edema paru.
q  Wheezing : bunyi yang terdengar “ngiii….k”. bisa dijumpai pada fase inspirasi maupun ekspirasi. Misalnya pada bronchitis akut, asma.
q  Pleura Friction Rub : bunyi yang terdengar “kering” seperti suara gosokan amplas pada kayu. Misalnya pada klien dengan peradangan pleura.



TEMUAN PADA AUSKULTASI THORAKS

q  Vesikuler : inspirasi > ekspirasi , nada rendah, lokasi sebagian area paru kanan & kiri
q  Bronkovesikuler : inspirasi = ekspirasi, nada sedang, lokasi pada ICS 1 &2, antara 2 skapula.
q  Bronkeal : ekspirasi > inspirasi, nada tinggi diatas manubrium sternum
q  Tracheal : inspirasi = ekspirasi, nada sangat tinggi, di atas trachea



ADAPUN SUARA-SUARA YANG DIJUMPAI PADA PERKUSI ADALAH:

q Sonor: suara perkusi jaringan yang normal.
q Resonan : organ berisi udara (paru-paru)
q Hiperresonan : udara lebih besar dri zat padat (pneumotoraks)
q Pekak/redup : organ padat berisi cairan ( jantung, hepar )
q Tympani : organ berongga berisi cairan & udara ( gaster )
q Datar : organ padat ( otot /jika ada massa atau tumor )





TINDAKAN KEPERAWATAN

*      PENYUNTIKAN 
Pengertian   :  Tata cara melakukan beberapa macam tindakan penyuntikan   Obat - obatan  kepada pasien.
Tujuan          :  Melakukan  tindakan penyuntikan obat kepada pasien secara aman,nyaman dan benar.
Kebijakan    :  Semua Obat yang potensial menimbulkan alergi harus dilakukan skin test telebih dahulu Semua penyuntikan menggunakan disposable syrybge yang baru.
Prosedur       :
1.            Intruksi penyuntikan oleh Dokter,yang tertulis lengkap dan
        Jelas dalam rekam medik, bila kurang jelas atau kurang mengerti segera tanyakan kepada Dokter yang memberi instruksi.
2.            Persiapkan meja suntik dengan tersedia diatasnya :

a. Kapas alkohol 70% dalam wadah tertutup.
b. Obat obatan yang dibutuhkan
 c. Persiapkan resusitasi caira seperti, IV catheter,Blood set,Larutan infuse RL/Asering.
3.             Persiapkan pasien :

a.      Cek ulang kesesuaian identitas pasien dengan intruksi penyuntikan
b.      Beritahukan kepada pasien dan keluarga bahwa akan disuntik,dan tenangkan pasien.
c.       Cek ulang riwayat alergi .

4.      Persiapkan obat
a.      Cek ulang kesesuaian jenis obat, dosis obat,cara  pemberian dengan intruksi penyuntikan.
b.      Cek ulang tanggal kadaluwarsa obat.
c.       Cek ulang jumlah obat.
5.      Lakukan tindakan aseptik antiseptik.
6.       Lakukan penyuntikan :

v  Cara penyuntikan langsung intravena
a.      Tentukan vena mana yang akan disuntik.
b.      Lakukan tindakan aseptik/antiseptik.
c.       Ligasi bagian vena yang akan disuntik/ditusuk.
d.      Tegangkan kulit pasien dengan tangan kiri.
e.      Pastikan tidak ada udara dalam syringe.
f.        Tusukkan jarum dengan arah jarum sejajar vena,lubang
g.      jarum mengarah keatas dan garis ukur syringe terlihat.
h.       Isap sedikit untuk melihat apakah jarum benar masuk
i.        vena,bila berhasil masuk, darah dari vena akan masuk ke dalam syring
j.        Masukkan obat secara perlahan dan perhatikan area penyuntikan.
k.       Tindihkan kapas alkohol pada tempat penyuntikan lalu
l.        cabut jarum. pertahankan kapas alkohol dengan plester.
m.     Syringe dibuang pada tempat sampah medis.


v  Cara penyuntikan  intravena melalui selang infuse.
a.      Lakukan tindakan secara aseptik dan antiseptik.
b.      Pastikan tidak ada gelombang udara pada syringe.
c.       Tusukkan jarum pada bagian karet pada selang infuse.
d.      Isap sedikit untuk memastikan jarum benar masuk ke dalam selang infuse.
e.      Tutup aliran cairan infuse.
f.        Suntikkan obat secara perlahan.
g.      Tindihkan kapas alkohol pada lokasi tusukan jarum dan cabut jarum.
h.       Buka aliran cairan infuse.
i.        Syringe di buang pada tempat sampah medis.                                      
v   Cara penyuntikan secara drip intravena.
a.      Lakukan tindakan aseptik.
b.      Pada sediaan larutan infuse tertutup karet obat bisa langsung disuntikan dengan menusukan jarum pada karet untuk selanjutnya larutan infuse dikocok sekali dua kali untuk memastikan meratanya obat larut.
c.         Pada sediaan larutan infuse tanpa tutup karet,maka selang infuse harus dipisahkan dulu dari botol cairan infuse. Jarum ditusukkan pada mulut botol infuse sama dengan lokasi tusukan selang infuse.
d.      Tetesan cairan infuse sesuai intruksi Dokter.
v  Cara penyuntikan secara intra muskuler.
a.   Tentukan lokasi penyuntikan ,pada 1/3 lateral garis sias coccygeus pada bokong,pada paha atau pangkal lengan /deltoid.
b.   Lakukan tindakan aseptik antiseptik.
c.      Untuk pasien kurus maka tangan kiri mengangkat otot pada lokasi suntikan dengan cubitan ringan.Untuk pasien gemuk dengan lapisan lemak subkutis tebal tidak perlu dilakukan.
d.   Tusukkan jarum pada lokasi suntikan hingga pada kira kira 3/4 panjang jarum, arah tegak lurus .
e.     Isap sedikit, bila masuk darah ,maka jarum ditarik sedikit .Isap ulang untuk mamastikan tidak ada darah terisap ,menandakan jarum tidak masuk  pembuluh darah.
f.       Suntikkan obat secara perlahan.
g.   Tindihkan kapas alkohol pada lokasi suntikan ,cabut jarum,massage lokasi suntikan dengan kapas tadi.
h.      Syringe dibuang pada tempat sampah medis.

v   Cara penyuntikan secara subkutan.
a.      Tentukan lokasi penyuntikan,1/3 atas lengan atas, 1/3 atas paha atas dan sekitar pusat.
b.      Lakukan tindakan aseptik antiseptik.
c.       Angkat sedikit kulit dengan cubitan.ringan oleh tanggan kiri.
d.      Tusukan jarum pada lokasi jarum mengarah keatas ,sudut suntikan  45 derajat.
e.      Isap sedikit ,pastikan tak ada darah terhisap.
f.        Suntikkan obat perlahan lahan.
g.      Tindihkan kapas alkohol pada lokasi suntikan, cabut jarum kemudian massage lokasi suntikan dengan kapas alkohol.
h.       Syringe dibuang pada tempat medis.

v   Cara penyuntikan secara intrakutan. 
a.      Tentukan lokasi penyuntikan,1/3 tengah volar lengan  kanan deltoid
b.      Lakukan tindakan aseptik antiseptik,gunakan jarum no. 27.
c.       Tegangkan kulit dengan tanggan kiri, tusukkan jarum dengan perlahan, lubang jarum mengarah keatas. Dengan sudut jarum      15 – 20 derajat.
d.      Suntikkan obat secara perlahan sampai tampak kulit pada lokasi suntikan menggelembung putih.
e.      Cabut jarum dengan tidak dilakukan apusan dengan kapas alkohol.

7.      Pasca Penyuntikan.           
a.      Perhatikan apakah ada keluhan/gejala gatal - gatal ,bercak merah, bulat pada kulit, pusing , jantung berdebar atau berkeringat banyak.
b.      Periksa nadi, apakah ujung tangan dan kaki dingin /hangat.
c.       Ukur tekanan darah.

8.      Laporkan pada Dokter bila dicurigai  ada komplikasi
9.       Catat tindakan dalam lembar observasi,catat alat,obat dan pelaksana dalam perincian harian.

*      PEMASANGAN INFUSE
Pengertian        : Tata cara pemasangan jalur pemberian cairan infuse melalui Pembuluh vena perifer.
Tujuan              : Didapatkan jalur pemberian cairan infuse yang aman,aseptik dan benar. 
Prosedur            :
1.      Intruksi pemasangan infuse dari Dokter tercatat lengkap dan Jelas pada rekam medik atau secara lisan pada keadaan darurat bila ada kurang dimengerti segera tanyakan pada Dokter yang memberi intruksi.
2.       Persiapan  :

a.    Meja/trolly serupa meja suntik tersedia diatasnya: IV catheter yang akan digunakan.abocat  atau wing needle.Transfusion set/infus set terbungkus steril, kapas alkohol 70%, kasa steril, plester/hypafik, spalk, larutan infuse yang akan diberikan.
b.   Standar infuse.
c.    Pencahayaan yang baik.
d.   Tutup ruang pasien agar pelaksana dapat lebih konsentrasi  
e.    Beritahukan kepada pasien tentang pemasangan infuse dan tenangkan pasien.
f.    Persiapkan cairan yang akan diberikan dengan menusukan bagian tajam infus set kedalam botol larutan infuse. Buka saluran hingga cairan infuse memenuhi seluruh selang tanpa menyisakan udara dalam selang infuse.

3.        Lakukan pemasangan infuse.
a)   Tentukan lokasi pemasangan ,sesuaikan dengan keperluan rencana pengobatan, punggung tangan kanan/kiri,kaki kanan/kiri. Contoh pasien struma IV line dikaki kiri/kanan, Tomor mamae  IV Line ditangan sisi berlawanan ,pasien shock  :2 line  atau vena sectie, pasien stroke pada sisi yang tidak lumpuh.
b)   Ligasi/stuing bagian proximal dari lokasi vena yang akan ditusuk  menggunakan ligator khusus.
c)    Lakukan tindakan aseptik dan antiseptik.
d)   Lencangkan kulit dengan  memegang tangan/kaki dengan tangan kiri,siapkan IV catheter/abocat ditangan kanan.
e)   Tusukkan jarum sedistal mungkin dari pembulu vena dengan lubang jarum menghadap keatas, sudut tusukan 30-40 derajat arah jarum sejajar arah vena, lalu dorong.
f)     Bila jarum masuk kedalam pembuluh vena,darah akan tampak masuk kedalam bagian reservoir jarum lalu hentikan dorongan.
g)   Pisahkan bagian jarum dari bagian kanul dengan memutar bagian jarum sedikit .Lanjutkan mendorong kanul kedalam vena secara perlahan sambil diputar sampai seluruh kanul masuk.
h)    Cabut bagian jarum seluruhnya perhatikan apakah darah keluar dari kanul . tahan bagian kanul dengan ibu jari kiri.
i)     Hubungkan kanul dengan infusan / tranfusion set .buka saluran                                  infuse perhatikan apakah tetesan lancar.perhatikan apakah lokasi penusukan membengkak,menandakan elestravasasi cairan sehingga penusukan harus diulang dari awal.
j)     Bila tetesan lancar,tak ada ekstravasasi lakukan fiksasi dengan plester atau hypafix dan pada bayi/balita diperkuat dengan spalk
k)    Atur tetesan infuse sesuai intruksi.
l)     Laksanakan proses administrasi ,lengkapi berita acara pemberian infuse ,catat jumlah cairan masuk dan keluar,catat balance cairan selama 24 jam setiap harinya,catat dalam perincian harian ruangan.

4.      Bila sudah tidak diperlukan lagi,pemasangan infuse di stop, IV Catheter dapat dilepas dengan cara:
a.      Tutup saluran infuse.
b.      Lepaskan plester dengan bantuan kapas alkohol.
c.       Tindihkan kapas alkohol pada lokasi tusukan, cabut kanul IV catheter .
d.      Kapas difiksasi dengan plester.
e.      Seluruh alat infuse dibuang pada tempat sampah medis.

*      PENGGANTIAN BALUTAN LUKA         
Pengertian      : Tata cara mengganti balutan pada luka yang sudah tertutup dengan Jahitan.
Tujuan            : Tidak terjadi infeksi pada luka.
Kebijakan       : Balutan diganti 2 hari sekali atau bila balutan basah/kotor.
Prosedur         :
1.      Persiapkan trolly intrsumen dengan tersedia diatasnya  
ü  Peralatan steril : pinset anatomis, gunting, klem, kasa steril.duk steril
ü  Peralatan non steril : gunting verban, plester, disinfektan,  bengkok dll.
2.      Persiapkan pasien :
Beritahukan pasien tentang rencana penggantian balutan dan Posisikan pasien sesuai kebutuhan.
3.      Persiapkan ruangan :
      Pencahayaan yang cukup dan tutup   ruangan pasien sehingga pasien tidak malu,dan pelaksana dapat berkonsentrasi.
4.      Lepaskan balutan lama dengan melepaskan plester menggunakan kapas yang dibasahi NACL 0,9%, bila balutan sulit dilepas karena lengket.
5.      Setelah balutan lama lepas,luka dibersihkan dengan  NaCL dari atas luka  melingkar keluar, kemudian dibalur dengan betadine bila perlu.
6.      Gunakan pinset untuk memegang kasa steril, bila luka baik kasa steril bisa langsung digelar menutupi luka satu demi satu hingga menutupi seluruh luka. Bila luka masih kurang baik kasa steril dapat direndam bethadine secukupnya terlebih dahulu.
7.      .Setelah luka tertutup seluruhnya fixasi dengan plester/hypafiks
8.      Catat dalam lembar observasi,catat semua bahan yang digunakan dalam perincian jasa ruangan.

*      PEMBERIAN TRANSFUSI DARAH
Pengertian     : Tata cara melakukan trasfusi darah pada pasien yang membutuhkan.
Tujuan           : Terlaksana proses tranfusi darah yang aman,bebas dari infeksi  atau  komplikasi lainnya.
Kebijakan      : RS bekerja sama dengan PMI dalam penyediaan darah untuk keperluan transfusi darah. Pelaksana pemberian transfusi darah adalah perawat terlatih internal RS yang diberi wewenang untuk melakukan Pemberian transfusi darah .
Prosedur         :
1.      Dokter mengintruksikan transfusi darah,tertulis lengkap dan jelas dalam lembaran rekam medik atau secara lisan.Bila ada yang kurang dimenggerti segera tanyakan pada Dokter yang mengintruksikan.
2.       Segera diambil contoh darah pasien.
3.       Isi formulir permohonan darah sesuai petunjuk pelaksanaan,kirim ke  PMI bersama sample darah.
4.       Bila pasien belum dipasang infuse,segera pasang infuse,beri larutan NaCL 0,9 % atau larutan RL
5.      Bila permintaan darah sudah dipenuhi,cek ulang kesesuaian no labu  identitas antara surat permintaan dengan label yang tertera pada labu darah. Cek ulang waktukadaluwarsa darah.
6.      Segera hangatkan darah sedekat mungkin dengan suhu tubuh pasien caranya dengan didekap oleh tubuh pasien.
7.      Bila sudah siap segera pindahkan selang infuse kedalam labu darah.
8.      Buka saluran infuse,sesuaikan tetesan dengan kebutuhan.
9.      Perhatikan reaksi pasien,bila ada komplikasi segera stop dulu pemberian transfusi. Konsultasikan dengan Dokter yang mengintruksikan untuk langkah selanjutnya.
10.  Selesai transfusi selang infuse dihubungkan kembali dengan botol larutan infuse.
11. Bila kadar Hb sudah terpenuhi dan Dokter menyatakan tidak perlu transfusi lagi ,maka pemasangan infuse bisa distop dan dilepaskan  sesuai SOP .
12.  Bila pemasangan infuse masih diperlukan,transfusion set diganti dengan yang baru.
13.  Segala tindakan pemasangan infuse dan darah dicatat dalam berita acara infuse secara lengkap.



*      MENGUKUR TEKANAN DARAH.
Pengertian      : Tata cara untuk mengetahui kondisi sirkulasi darah/tekanan darah pasien.
Tujuan            : Didapat hasil pengukuran tekanan darah yang akurat
Prosedur         :
1.    Persiapkan alat sphygmomanometer air raksa dan stetoskop.
2.    Posisikan pasien sesuai kebutuhan,bila pasien di infuse pengukuran
Pada ekstremitas yang bebas infuse.Bebaskan area pengukuran dari pakaian.
3.      Pasang manset dengan pipa karetnya berada pada sisi luar/atas.
4.      Lakukan perabaan denyut nadi pada arteri yang akan diperiksa (a. branchalis atau a.dorsalis pedis).
5.      Letakan stetoskop pada arteri yang akan diperiksa.
6.      Skup balon pompa ditutup, pengunci air raksa dibuka,balon kemudian dipompa sampai denyut arteri terdengar,kemudian menghilang. Buka skup balon sedikit tekanan darah turun, hingga denyut arteri yang tadi hilang terdengar lagi.
7.       Perhatikan tinggi air raksa pada manometer,catat angka mulai terdengarnya denyut nadi tersebutsebagai tekanan sistolik.
8.      Tekanan darah terus diturunkan sedikit sedikit hingga denyut nadi yang tadi terdengar, hilang kembali, catat angka yang ditunjukan tinggi air raksa sebagai tekanan diastolik.
9.      Ulangi pemeriksaan untuk memastikan kembali.
10.  Bila tekanan sudah nol,tutup pengunci air raksa,lepaskan manset, dan rapikan spygmanometer.


*      MENGHITUNG NADI DAN PERNAPASAN
Pengertian      : Suatu tata cara menghitung frekwensi nadi dan respirasi.
Tujuan            : Didapatkan data frekwensi nadi dan respirasi yang dapat dipertanggung jawabkan.
Prosedur         :
1.      Tentukan nadi yang akan kita periksa, umumnya a. radialis kanan/kiri.
2.      Tangan kanan meraba nadi,sambil memperhatikan detik jarum jam hitunglah nadi yang teraba dalam 15 detik/30 detik/60 detik.
3.      Jumlah nadi yang teraba dalam 15 detik dikali 4, 30 detik dikali 2 dan untuk yang 60 detik dikali 1 adalah hasil dari frekwensi nadi.
4.      Perhatikan gerak napas dada,hitunglah gerak napas dada dalam 60 detik.
5.      Jumlah gerak napas dada dalam 60 detik adalah frekwensi respirasi
6.      Catat frekwensi nadi dan pernapasan.

*      MENGUKUR SUHU BADAN
Pengertian       : Tata cara mengukur suhu tubuh pasien mengunakan termometer  Badan.
Tujuan             : Diketahui data suhu tubuh pasien.
Prosedur          :
1.      Bila perlu baju pasien dibuka, keringkan ketiak/aksila pasien dengan kasa
2.      Periksa termometer , pastikan air raksa pada angka nol. Bersihkan dengan kapas alkohol.
3.      Letakkan termometer pada ketiak(aksila) pasien lalu jepitkan lengan hingga menjepit termometer tersebut.
4.      Setelah 5-10 menit termometer diangkat dan dibaca , hasilnya dicatat sebagai suhu tubuh pasien.
5.      Termometer dibersihkan dengan kapas alkohol, dikeringkan dengan kasa steril lalu diletakkan pada tempatnya.
*      MENGAMBIL SAMPLE DARAH
Pengertian    : Tata cara mengambil contoh/sample darah untuk keperluan pemeriksaan Laboratorium.
Tujuan          : Didapat sample darah tanpa menimbulkan komplikasi tindakan.
Kebijakan     : Pelaksana pengambilan adalah tenaga medis atau tenaga laboratorium
Prosedur       :
1.      Persiapkan alat alat seperti, syringe dengan ukuran disesuaikan dengan permintaan pemeriksaan,kapas alkohol,botol sample dan
Serbuk EDTA.
2.      Tentukan vena yang akan ditusuk
3.      Ligasi/stuing bagian proximal vena yang ligator.
4.      Lakukan tindakan aseptik antiseptik
5.      Siapkan syringe,keluarkan udara pada syringe,tarik sedikit untuk menciptakan tekanan negatif dalan syringe.
6.      Tusukkan jarum pada vena yang dipilih dengan lubang  dan garis ukur menghadap keatas sudut tusukan 30 derajat.
7.      Bila darah masuk kedalam syringe,berarti jarum masuk pembuluh vena, isap darah dengan menarik bagian belakang syringe secara perlahan untuk mencegah pembuluh kolaps.
8.      Isap darah sesuai kebutuhan,bila selesai tindihkan kapas alkohol pada luka tusukan,cabut syringe,kapas difiksasi dengan plester.
9.      Tutup jarum dengan kop jarum ,lepaskan jarum dari syringe.
10. Masukkan sebagian darah kebotol berisi EDTA  dan goyangkan untuk melarutkannya.
11. Tutup botol dengan karet, tutup syringe dengan jarum dan kop jarum.
12. Beri label pada keduanya , tuliskan identitas pasien pada label tersebut.


*      MENGAMBIL SAMPLE URINE.
Pengertian     : Tata cara mengambil contoh urine untuk keperluan pemeriksaan laboratorium.
Tujuan           : Didapat sample urine yang baik.
Kebijakan      : Pelaksana pengambilan sample adalah pasien/keluarga pasien dengan Pengawasan perawat.
Prosedur        :
1.      Persiapkan botol penampung urine dan tutup karet.
2.      Perawat  menjelaskan bagaimana cara mengambil contoh urine bahwa yang di tampung adalah urine pertengahan.
3.      Bila pasien sudah menggerti maka botol diberikan pada pasien.
4.      Bila sample telah didapat botol ditutup dengan tutup karet.
5.      Beri label pada botol , tulis identitas pasien pada label tersebut.

*      PENGAMBILAN SAMPLE FECES
Pegertian      : Tata cara pegambilan contoh feces untuk keperluan pemeriksaan lab.
Tujuan          : Didapat sample faeces yang cukup.
Kebijakan     : Pelaksana pengambilan faeces adalah pasien,keluarga pasien dengan Dengan pengawasan perawat.
Prosedur       :
1.      Persiapkan botol penampung tutup karet dan lidi wather.
2.      Perawat  menjelaskan bagaimana mengambil contoh feces dengan lidi watter.
3.      Bila pasien mengerti botol diberikan pada pasien
4.      Bila sample didapat botol ditutup dengan tutup karet
5.      Beri label pada botol , tuliskan identitas pasien  pada label tersebut.
6.      Bila pasien kurang kooperatif atau faeces diperlukan cepat paramedik dapat mengambil sendiri sample dengan cara rectal toucher, menggunakan handschooen

*      PENGAMBILAN SAMPLE SPUTUM
Pegertian     : Tata cara pengambilan contoh sputum untuk keperluan pemeriksaan lab.
Tujuan          : Didapat sample sputum yang cukup.
Kebijakan     : Sputum diambil pagi sesaat setelah bangun tidur, pelaksana adalah Pasien atau keluarga pasien dengan pengawasan perawat.
Prosedur       :
1.      Persiapkan botol khusus sputum beserta tutup.
2.      Semalam sebelum tidur pasien diminta minum banyak ditambah glyceril guaiakolat 2 tablet atau acetilcystein 2 tablet ditambah
Ambroxol 2 tablet.
3.      Paramedik menjelaskan cara pengambilan sample .
4.      Bila pasien mengerti botol diberikan kepada pasien
5.      Bila sample telah didapat botol ditutup.
6.      Beri label pada botol dan tuliskan identitas pasien pada label tersebut.


*      MEMASANG URINE CATHETER.
Pegertian     : Tata cara memasang urine catheter untuk mempermudah Bak.
Tujuan         : Terpasang urine catheter dengan aman, tampa komplikasi
Prosedur      :
1.      Persiapkan alat - alat : Urine catheter denga diameter yang diinginkan
Jelly, urine bag, Syringe 5 cc, Aquades, lidocaine injeksi bila Dibutuhkan, persiapkan mandrin, bougie.
2.      Persiapkan pasien , beritahukan akan dipasang urine catheter,dan tenangkan pasien.
3.      Cara I : Tanpa lidocain  tanpa mandrin.
a.      Lakukan tindakan aseptik antiseptik.          
b.      Pasang Duk steril.
c.       Bila pasien laki laki pegang penis dengan tanggan kiri, bila wanita lebarkan vulva dengan tangan kiri.
d.      Tangan kanan memegang urine catheter,beri jelly secukupnya.
e.      Masukkan urine catheter kedalam meatus uretra perlahan sampai keluar urine .
f.        Hubungkan urine catheter dengan urine bag ( dapat juga dihubungkan terlebih dahulu dengan urine bag kemudian dimasukkan kedalam meatus uretra).
g.      Isi balon dengan larutan NaCL 0,9% atau aquabidest sesuai kebutuhan pasien.
4.      Cara  II : Dengan lidocain tanpa mandrin pada pasien pria.

a. Lakukan tindakan aseptik antiseptik.
b. Pasang Duk steril.
c. Pegang penis dengan tangan kiri
d. Persiapkan syringe 5 cc  masukan jelly sebanyak 2 cc kedalam syringe .
e. Hisap lidocain  1 Amp kedalam syringe,lepaskan jarum. Kocok - kocok hingga merata.
f. Jelly plus lidocain di injeksikan kedalam meatus secara perlahan sampai keluar urine .
g. Hubungkan urine catheter dengan urine bag.
h. Isi balon dengan larutan NaCL 0,9%  atau aquabides sesuai kebutuhan             
5.      Cara III. Menggunakan mandren dengan atau tanpa lidocain pada
                     Pasien pria.
a.      Lakukan tindakan aseptik antiseptik.
b.      Pasang duk steril.
c. Persiapkan madrin beri sedikit jelly       masukkan kedalam urin catheter, jepit agar terfixasi.
d.      Dengan atau tanpa lidocain       persiapkan penis ditangan kiri.
e.Dengan tangan kanan urine catheter  dimasukkan kedalam meatus dengan arah cekungan  madrin menghadap tubuh pasien.
f.  Masukan perlahan .rasakan ujung mandrin mengikuti uretra .gerakkan madrin mengikuti dorongan dan lekukan arah uretra .
g.      Bila dirasakan telah masuk kedalam vesica urinaria atau keluar  urine buka jepitan, tangan kiri memegang urine catheter dan mendorong masuk kedalam,sambil tanggan kanan  menarik madrin keluar perlahan.
h. Hubungkan urine catheter dengan urine bag.Isi balon dengan NaCL 0,9% atau aquabides sesuai kebutuhan.
6.      Bila kesulitan dalam pemasangan ,jangan ragu ragu konsultasi dengan
Yang lebih ahli.

*      PEMASANGAN NASAGASTRIC TUBE (NGT)
Pengertian     : Tata cara pemasangan nasagastric atau feeding tube pada pasien Untuk keperluan dekompresi atau nutrisi.
Tujuan          : Terpasang NGT / Feeding tube secara aman tanpa komlikasi.
Prosedur        :
1.      Persiapkan peralatan : NGT/Feeding Tube dengan ukuran yang di
Butuhkan ,spatel lidah bila perlu ,stetoskop,spuit 20 cc ,Duk steril,jelly.
2.      Persiapkan pasien : beritahukan atau jelaskan kepada pasien tentang tujuan tindakan,tentang resiko tindakan, tenangkan pasien,tanda
Tangan persetujuan tindakan medik,posisi ½ duduk.
3.      Gelar duk pada dada pasien, kemudian periksa kepatenan jalan napas dengan menggunakan tissu. NGT dipasang pada lubang hidung yg hembusan udaranya kurang.
4.      Buka NGT , letakkan pada duk,ukur jarak Epigastrium – bregma – telinga dengan NGT sesuaikan dengan pertanda pada NGT
5.      Bila pasien sadar memulailah memasukkan NGT yang sudah diberi jelly melalui lubang hidung perlahan lahan . Bila pasien ingin muntah hentikan dulu dorongan .Pasien diminta tenang dan mencoba menelan sedikit dikit sambil NGT didorong. Pada pasien anak bisa dibantu dengan meminum air sedikit sambil NGT didorong.
6.      Bila pasien tidak sadar ,dorongan NGT harus hati - hati dan perlahan karna pasien tidak  bisa diminta menelan dan ada resiko masuk ke trackea atau timbul reflex vagal yang fatal.
7.      Ujung bebas NGT direndam air ,sebagai petunjuk bila keluar gelembung udara dan pasien batuk - batuk berarti NGT masuk trachea
Sehingga NGT harus ditarik sedikit dan dimulai lagi.
8.      Lakukan test dengan cara menyuntikkan sejumlah udara dengan spuit 20cc ,sambil stetoskop diletakkan pada epigastrum, bila terdengar bunyi semprotan udara berati NGT masuk lambung lakukan pengisapan dengan spuit yang sama,bila keluar cairan lambung yang merubah kertas jadi merah berati NGT masuk kedalam lambung . hubungkan NGT dengan bag/spoit 50cc.
9.      Perhatikan keadaan pasien ,tenangkan pasien ,bersihkan seluruh kotoran akibat batuk/muntah.
10. Lakukan fixsasi luar dengan plester pada hidung.
11. Catat semua tindakan dalam lembaran rekam medik.


*      PEMERIKSAAN ELEKTROKARDIOGRAFI (EKG)
Pengertian    : Tata cara melaksanakan pemeriksaan Elektrokardiografi dengan alat Elektrokardiografi.
Tujuan         : Didapat hasil pemeriksaan EKG yang baik.
Prosedur       :
1.      Persiapkan peralatan EKG, rentangkan kabel - kabel bersihkan chest
Piece dan elektroda dengan kapas alkohol.
2.      Persiapkan pasien ,buka baju pasien dan tenangkan,bebaskan dari barang barang logam/elektronik.
3.      Pasang elektrode pada pasien dengan cara :

a)   Elektrode ekstremitas terdiridari 4 elekrode dengan warna merah, kuning, hijau, hitam.
b)   Pasang pengikat elektrode pada pergelangan tanggan kanan dan kiri, pergelangan kaki kanan kaki kiri.
c)    Pasang elektrode :
 L  : warna merah pada pengikat dipergelangan tangan kanan.
 R  : warna kuning pada pengikat dipergelangan tangan kiri.
 F  :  warna hijau pada pengikat dipergelangan kaki kiri.
G  :  warna hitam pada pengikat dipergelangan kaki kanan.

d)    Elektrode dada (chest/C) terdiri dari 6 elektrode berwarna merah,
    kuning,hijau,coklat,hitam,ungu.
e)   Lekatkankan chest piece pada masing-masing elektroda dada
q  lekatkan elektroda C1 warna merah pada ICS IV garis sternum kanan
q  lekatkan elektroda C2 warna kuning pada ICS IV garis sternum kiri
q  lekatkan elektroda C3 warna hijau diantara C2 dan C4
q  lekatkan elektroda C4 warna coklat pada ICS V garis midclavicula                    kiri
q  lekatkan elektroda C5 warna hitam pada ICS V garis axilaris anterior  kiri.
q  lekatkan elektroda C6 warna ungu pada ICS V garis axilaris media.
4.      Beritahukan kepada pasien untuk tidak bergerak ,periksa ulang seluruh
Pemasangan elektroda.
5.      Nyalakan alat EKG dengan memposisikan tombol dari off  ke on.
6.      Tekan start dan EKG akan secara otomatis bekerja.
7.      Bila diperlukan maka EKG bisa diperiksa secara manual caranya:

ü  Tekan tombol mode untuk merubah sistem auto menjadi manual,perubahan akan terlihat pada layar LCD.
ü   Tekan tombol lead kekanan atau kekiri untuk memilih satu satu elektroda .
ü  Tekan start /stop untuk memulai atau menghentikan pemeriksaan .
8.     Bila ada gangguan ,maka periksa ulang pelekatan elektroda pada tubuh adakah tubuh pasien mengenai bed, adakah benda logam/barang elektronik pada tubuh semisal HP atau lainnya.
9.     Konsultasikan dengn Dokter bila menemui kesulitan.
10. Bila  pemeriksaan selesai tuliskan nama pasien no medrek,ruangan pada lembaran EKG,ditambah data tekanan darah Heare rate dan selama pemeriksaan.
11. Catat tindakan pemeriksaan dalam lembar rekam medik yang diperlukan.

*      PELAKSANAAN LAVEMENT / HUKNAH
Pengertian     : Tata cara melaksanakan lavement pada pasien yang memerlukan.
Tujuan           : Terlaksana proses lavement dengan baik.
Prosedur        :
1)      Persiapan peralatan : irigator dengan canul recti yang sesui dengan umur pasien,pispot,baskom,alasbokong/perlak,air hanggat,NaCL 0,9% 1000cc vaselin/jelly,glyserin.
2)      Persiapkan pasien , jelaskan tentang rencana tindakan,posisikan pasien miring kekiri,tutup ruangan pasien.
3)      Pasang alas bokong perlak.
4)      Tanggalkan pakaian pasien bagian bawah.
5)       Irigator diisi dengan cairan hangat 750 – 1000cc,kanul dipasang dalam keadaan terjepit.
6)      igator dipegang ditangan kiri pada posisi kurang lebih 50 cm dari atas Kasur ,tangan kanan memasukkan kanul yang sudah diberi jelly kurang Lebih 15 cm kedalam rectum.
7)      Buka klem selang kanula masukan cairan perlahan.
8)      Bila cairan habis klem ditutup,kanula dicabut.
9)      Pasien tetap dalamposisi miring dan diminta untuk menahan sebentar
10)  Pispot dipasang pasienposisi terlengtang dan disiapkan untuk pengelu aran cairan.
11) Setelah selesai pasien dibersihkan dan dirapikan.
12) Observasi pasien.
13) catat semua kegiatan dalam berita acara lavement dan rekam medik lain.

*      MENOLONG PASIEN BAB
Pengertian     : Tata cara membantu pasien BAB di tempat tidur.
Tujuan           : Pasien dapat BAB terlayani dengan baik.
Prosedur       :
1.      Persiapkan ruangan dan tutup ruangan pasien.
2.      Persiapkan pasien posisi terlentang,pakaian bawah dilepaskan.
3.      Pasang pispot dibawah bokong.
4.      Setelah proses BAB selesai anus dan sekitar genitalia dibersihkan dengan air dan kertas tisue toilet lalu dibung kedalam pispot,
Diulang sampai bersih.
5.      Pispot diangkat, amati faeces bila ada kelainan segera laporkan.
6.      Bokong pasien dikeringkan.
7.      Bersihkan dan rapikan pasien dan tempat tidurnya.
8.      Perawat lalu mencuci tangan.
9.      Catat kegiatan dalam rekam medik pasien.



*      MEMANDIKAN PASIEN DI TEMPAT TIDUR
Pengertian    : Tata cara memandikan pasien di tempat tidur.
Tujuan         : Pasien terlayani dengan baik.
Kebijakan    : Pasien dimandikan 2 kali sehari, pagi dan sore.
Prosedur      :
Ø  Kriteria persiapan . 
1.      Satu stel pakaian bersih.
2.      Waskom mandi 2 buah masing masing berisi air dingin dan hangat.
3. 1 atau 2 buah handuk bersih.
4. Kain penutup.
5. Tempat tertutup untuk pakaian kotor.
6. sampiran
7. Waslap 2 buah.
8. Sabun pada tempatnya.

Ø   Kriteria pelaksanaan.
1.      Pintu,jendela dan gorden ditutup dan digunakan sampiran .
2.      Pasien diberi tau akan dimandikan,
3.       Selimut dan bantal dipindahkan dari    tempat tidur,bila pasien butuh  bantal digunakan seperlunya saja. Perawat berdiri disisi pasien.
4.      Perawat berdiri di sisi kanan atau kiri pasien.
5.      Pakaian bagian atas dibuka kemudian ditutup denganselimut mandi kain penutup,pasien dimandikan dengan urutan sebagai berikut.
6.      Mencuci muka dengan cara :
q  Handuk dibentangkan dibawah kepala,muka dan telingga dibersihkan dengan waslap lembablalu dikeringkan dengan handuk.
q  Tanyakan pada pasien apakah biasa mengunakan sabun atau tidak.
7.      Mencuci lengan dengan cara :
q  Selimut mandi atau kain penutup diturunkan
q  Kedua tangan pasien dikeataskan
q  Letakkan handuk diatas dada pasien dan dilebarkan ke samping kiri dan  ke kanan sehingga kedua tangan dapat diletakkan diatas handuk.
q  Kedua tangan pasien dibasahi dan disabuni dimulai dari tangan yang jauh dari perawat, kemudian yang lebih dekat lalu dibilas sampai bersih dan dikeringkan dengan handuk.
8.       Mencuci dada dan perut dengan cara :
q  pasien bagian bawah dibuka dan selimut atau kain penutup diturunkan sampai perut bagian bawah.
q  Pakaian Kedua tangan pasien dikeataskan, handuk diangkat dan dibentangkan pada sisi pasien.
q  Ketiak, dada dan perut dibasahi, disabuni dibilas dan dikeringkan dengan handuk, selanjutnya ditutup dengan kain penutup atau handuk.
9.   Mencuci punggung dengan cara :
q  Pasien dimiringkan ke kiri atau ke kanan.
q  Punggung sampai bokong dibasahi, disabuni dibilas dan selanjutnya dikeringkan dengan handuk.
q  Pasien dimiringkan ke kanan dan handuk dibentangkan di bawah punggung.
q  Punggung kiri dicuci seperti pada punggung kanan.
q  Pasien di telentangkan, pakaian bagian atas dipasang dengan rapi.
10. Mencuci kaki dengan cara :
q  Kaki pasien yang terjauh dari perawat.
q  Handuk dibentangkan dibawahnya dan lutut ditekuk.
q  Kaki disabuni, dibilas, selanjutnya dikeringkan. Demikian juga kaki yang satu lagi.
11. Mencuci daerah lipat paha dan genitalia dengan cara:
q  Handuk dibentangkan di bawah bokong, dan pakaian bagian perut dibuka.
q  Daerah lipatan paha dan genitalia dibasahi, disabuni dibilas dan keringkan.
q  Pakaian bagian bawah dikenakan kembali, kain penutup atau handuk diangkat, selimut pasien dipasangkan kembali.
q  Pakaian dan alat tenun kotor serta peralatan dibereskan dan dibawa ke tempatnya.
12. Observasi respon pasien dan kelainan pada tubuhnya.
13. Hindari tindakan yang menimbulkan dasa malu pada pasien dan tetap manjaga kesopanan.
14. Bila air sudah kotor agar segera diganti.

*      MEMBERSIHKAN MULUT PASIEN
Pengertian          : Tata cara membersihkan mulut pasien yang tak dapat melakukannya sendiri.
Tujuan  : Pasien terlayani dengan baik.
Kebijakan           : Pembersihan mulut pasien dilaksanakan pada pasien yang tidak dapat melakukannya sendiri, dilakukan bersamaan dengan memandikan pasien.
Prosedur          :
A. Kriteria Persiapan:
Baki berisi:
1.      Handuk atau kain pengalas.
2.   Gelas berisi air bersih
3.   Tong spatel yang telah dibungkus       kaca.
4.   Kapas lidi.
5.   Bengkok/nierbekken.
6.   Kain kasa.
7.   Pinsat.
8.   Borax glycarin.
9.   Pasien disiapkan.

      B. Kriteria Pelaksanaan:
1.      Handuk atau kain pengalas diletakkan di bawah dagu dan pipi pasien.
2.      Ujung pinsat dibungkus dengan kain kasa dan dibasahi dengan air yang telah disediakan.
3.      Mulut pasien dibuka dengan tong spatel.
4.      Rongga mulut dibersihkan dengan kain kasa yang dibasahi, sampai bersih.
5.      Kain kasa yang kotor dibuang pada bengkok.
6.      Bibir dioles dengan borax glycerin.
7.      Observasi respon pasien.
8.      Catat kelainan pada kelainan pada gigi dan mulut.
9.      Pasien dirapihkan dan alat-alat dibereskan.


*      Menyisir rambut
Pengertian       : Tata cara menyisirkan rambut pasien .
Tujuan : Pasien terlayani dengan baik.
Kebijakan           : Pergantian alat tenun dilakukan secepat-cepatnya setiap hari pelaksana adalah paramedik dan pembantu paramedik.
Prosedur          :
A. Kriteria Persiapan :
1.      Siri.
2.      Kain penahan atau handuk.
3.      Karet gelang untuk pasien yang berambut panjang
4.      Air atau minyak.
5.      Kertas untuk membungkus kotoran atau rabut rontok.
6.      Bengkok berisi larutan disinfektan, khusus untuk pasien yang berktu/kelainan kulit.
7.      Pasien diberi penjelasan.

B. Kriteria Pelaksanaan :
1.      Menyisir rambut dapat dilakukan pada pasien dalam posisi duduk atau berbaring.
2.      Kain penahan atau handuk diletakkan pada bahu atau dibawah belikat.
3.      Rambut panjang dan kusut diberi minyak dan dibelah dua, kemudian disisir secara bertahap dimulai dari bagian bawah ( ujung rambut ) setelah rapi rambut dijalin.
4.      Rambut yang pendek disisir dari pangkal ke ujung.
5.      Rambut yang rontok dikumpulkan dan dibungkus dengan kertas, kemudian dibuang ke tempat yang tersedia.
6.      Rambut berkutu/ dengan kelainan kulit dimasukkan ke dalam larutan disinfektan pada bengkok.
7.      Observasi respon pasien.
8.      Catat kelainan pada kulit kepala.
9.      Alat dibersihkan, dibereskan dan dikembalikan ke tempat semula.

*      MENGGANTI ALAT TENUN KOTOR PADA TEMPAT TIDUR PASIEN
Pengertian        : Tata cara mengganti alat tenun kotor pada tempat tidur pasien tanpa memindahkan pasien.
Tujuan              : Pasien terlayani dengan baik.
Kebijakan        : Penggantian alat tenun dilakukan secepat-cepatnya setiap hari pelaksana adalah paramedik dan pembantu paramedik
Prosedur          :
A. Kriteria Persiapan :
1.      Alat tenun bersih yang diperlukan disusun menurut urutan penggunanya.
2.      Kursi atau bangku.
3.      Tempat bertutup untuk kain kotor.
4.      Ember berisi larutan disinfektan.
5.      Lap kerja sehelai kering dan sehelai basah.
6.      Pasien diberi penjelasan.

B. Kriteria Pelaksanaan :
1.      Selimut dan bantal yang tidak perlu diletakkan diatas kursi atau bangku.
2.      Pasien dimiringkan ke sisi tempat tidur.
3.      Lepaskan alat tenun yang kotor lalu digulung satu persatu  sampai bawah punggung pasien.
4.      Sprei kecil dan perlak digulug ke tengah sejauh mungkin.
5.      Perlak dibersihkan dengan larutan disinfektan lalu dikeringkan dan digulung ke tengah sejauh mungkin.
6.      Alas tempat tidur dan kasur dibersihkan dengan lap larutan disinfektan lalu dikeringkan dengan lap kering.
7.      Sprei besar yang digulung setengah bagian, kemudian gulungannya diletakkan di bawah punggung pasien dan setengah bagian lagi diratakan serta dipasang pada kasur.
8.      Perlak yang digulung tadi diratakan kembali.
9.      Sprei kecil dan perlak digulung sebagian dan diletakkan di bawah punggung pasien. Sprei yang sebagian lagi diratakan di atas perlak lalu dimasukkan bersama-sama ke bawah kasur.
10. Pasien dimiringkan kebagian yang bersih.
11. Lepaskan alat tenun yang kotor seperti pada butir ke 4.]
12. Alat tenun yang kotor dimasukkan ke dalam tempat tertutup.
13. Sarung bantal yang kotor dilepaskan, bantal diratakan isinya kemudian sarung bantal bersih dipasang.
14. Bantal disusun, pasien dibaringkan pada posisi yang nyaman.
15. Selimut kotor diganti dengan yang bersih.
16. Peralatan dibersihkan, dibereskan dan dikembalikan ke tempat semula.

*    PENJADWALAN OPERASI
Pengertian       : Tata cara menjadwalkan operasi pasien.
Tujuan              : Terlaksana operasi pada waktunya.
Kebajikan        : Waktu operasi adalah kesepakatan antara operator dan anestesi. Pelaksana pengaturan penjadwalan adalah paramedik.
Prosedur          :
1.      Dokter operator menentukan pasien untuk dioperasi, memberitahukan perawat tentang waktu operasi.
2.      Perawat  melaporkan kepada dokter anestesi untuk meminta persetujuan waktu operasi.
3.      Perawat  mengatur / mengusahakan kesepakatan waktu antara dokter operator dan dokter anestesi.
4.      Jika waktu operasi sudah disepakati, perawat  memberitahukan staf kamar operasi lainnya.
5.      Perawat  mengusahakan staf kamar operasi selengkap mungkin.
6.      Staf kamar operasi segera mempersiapkan operasi.


*      PERSIAPAN AREA OPERASI

Pengertian       : Tata cara mempersiapkan area pada tubuh pasien yang akan dilakukan operasi.
Tujuan              : Menyiapkan area operasi untuk menghindari dari infeksi nosokomial.
Kebijakan        :
q  Adanya rencana operasi yang ditentukan oleh dokter operator yang diketahui oleh dokter ruangan, petugas ruangan dan bagian keuangan.
q  Petugas ruangan yang bertanggung jawab atas persiapan pasien calon operasi ini.
Prosedur          :
  1. Petugas ruangan mengetahui rencana operasi dari pasien tersebut.
  2. Petugas ruangan mengetahui jenis operasi yang akan dilakukan sehingga bisa mengetahui area mana yang perlu dipersiapkan.
  3. 2 jam sebelum jadwal operasi ditentukan, petugas ruangan mempersiapkan area operasi.
  4. Selain itu diperhatikan higiene pasien : mulut, kuku, rambut dan kulit.
  5. Persiapkan area operasi dengan dilakukan pencukuran di area operasi yang cukup luas dengan mempertimbangkan keperluan untuk perluasan luka operasi.
  6. Pencukuran menggunakan pisau cukur searah dengan rambut kemudian dicuci dengan sabun sampai bersih.
  7. Setelah dilakukan pencukuran, pasien dimandikan dan dikenakan pakaian khusus dan memakai tutup kepala.
  8. Perhiasan, gigi palsu, kontak lens dan lain-lain harus sudah ditanggalkan dan diserahkan pada keluaga.


*      Serah terima pasien
Pengertian : Tata cara serah terima pasien yang akan dioperasi antara perawat ruangan dan staf kamar operasi.
Tujuan        :
1.      Diketahui program pengobatan dan pelaksanaan operasi oleh petugas ruangan dan kamar operasi agar pelaksanaan operasi bisa berhasil dengan baik dan mengutamakan keselamatan pasien.
2.      Menyiapkan obat-obatan, alat-alat, darah dan persiapan khusus lainnya yang dibutuhkan untuk menunjang pelaksanaan operasi tersebut.
Kebijakan  : Petugas ruangan dan petugas kamar operasi bertanggung jawab atas persiapan pasien calon operasi ini.
Prosedur    :
1.      Petugas ruangan mengetahui jadwal operasi
2.      Petugas ruangan mempersiapkan area operasi sesuai prosedur yang berlaku.
3.      Petugas ruangan mengisi berita acara.
4.      Petugas ruangan mempersiapkan semua catatan medik pasien termasuk surat izin operasi untuk dibawa bersama pasien ke ruang operasi.
5.      Petugas ruangan menyertakan perlengkapan penunjang operasi misalnya : persediaan obat-obatan atau persediaan darah yang diperlukan saat operasi dilakukan yang akan dibawa bersama pasien ke kamar operasi.
6.      Setengah jam sebelum jadwal operasi atau setelah ada panggilan dari petugas kamar operasi, pasien dibawa ke kamar operasi dengan memakai tempat tidur yang dipakai di ruangan.
7.      Serah terima pasien pra operasi dilakukan di ruang transfer.
8.      Petugas ruangan menyerahkan pasien disertai berita acara serah terima yang ditanda tangani oleh petugas ruangan dan petugas kamar operasi dan ditulis dalam buku register kamar operasi.
9.      Petugas kamar operasi memeriksa kelengkapan berita acara, kelengkapan identitas, catatan medik pasien, keadaan umum pasien, surat izin tindakan dan kelengkapan penunjang lainnya seperti obat-obatan dan persediaan darah.
10. Kejadian khusus dan pengobatan selama operasi berlangsung dicatat dalam berita acara oleh asisten operasi / omloop.
11. Setelah operasi selesai, asisten menyiapkan berita acara, catatan medik pasien.
12. Pasien dipersiapkan untuk serah terima dengan petugas ruangan.
13. Serah terima dilakukan di ruang transfer, petugas kamar operasi menyerahkan pasien beserta semua kelengkapannya yang ditandai dengan penandatanganan berita acara serah terima pasien pasca operasi.



*      CARA PEMBERIAN OKSIGEN

 1.Kanula hidung 1-6  L/mnt    24-44%
            
2.Sungkup sederhana / simple mask 5-8 L/mnt   40-60%
            
3.Sungkup dengan reservoir rebreathing 8-12 L/mnt  60-80%
            
4.Sungkup dengan reservoir non rebreathing 8-12 L/mnt  80-100%
            
5.Sungkup venturi 4-14 L/mnt  30-55%
6.Ventilator
7. head box   10 L/mnt


NILAI2 NORMAL PEMERIKSAAN
TINGKAT KESADARAN
q  Compos mentis : sadar sepenuhnya dan dapat menjawab semua pertanyaan
q  Apatis : segan untuk berhubungan dengan kehidupan sekitarnya, sikap acuh tak acuh
q  Somnolen : mau tidur saja, dapat dibangunkan dengan rangsangan nyeri tapi setelah itu tidur lagi
q  Delirium : keadaan motorik yg sangat kacau, memberontak, berteriak2, tidak sadar terhadap orang lain, tempat & waktu.
q  Spoor/semi koma : menyerupai koma & rangsangan hanya dapat ditimbulkan dengan rangsangan nyeri
q  Koma : kesadaran yang hilang sama sekali & tidak dapat dibangunkan dengan rangsangan apapun.
GCS (GLASGOW COMA SCALE)
Refleks membuka mata (E)
Refleks verbal ( V )
Refleks motorik ( M )
4 = membuka secara spontan
3 = mebuka dengan rangsangan suara (panggilan)
2 = membuka dengan rangsangan nyeri
1 = tidak ada respon (tidak dapat membuka mata)

5 = orientasi baik
4 = kata baik, kalimat baik, tapi isi percakapan membingungkan
3 = kata-kata tidak dimengerti
2 = kata-kata tidak dapat dimengerti(hanya mengerang/hanya suara)
1 = tidak ada respon verbal
6 = melakukan perintah dengan benar
5 = mengenali nyeri lokal tapi tidak melakukan perintah dengan benar
4 = dapat menghindari rangsangan dengan menarik dan tangan fleksi
3 = hanya dapat melakukan fleksi
2 = hanya dapat melakukan ekstensi
1 = tidak ada respon


Fungsi dan gangguan serebri
Lobus serebri
Fungsi
Gangguan
Frontal
Penilaian
1.      Kepribadian bawaan
2.      Keahlian mental komplek ( abstrak, membuat konsep, memperkirakan masa depan )
1.      Gangguan penilaian
2.      Gangguan penampilan dan kebersihan diri
3.      Gangguan afek dan proses berpikir
4.      Gangguan fungsi motorik
Temporal












TINGKAT GRADASI KEKUATAN OTOT
Skala
Ciri – cirri
0
1
2
3
4
5
Paralisis otot
Tidak ada gerakan, ada tonus
Gerakan penuh menentang grafitasi, dengan sokongan
Gerakan normal menentang gravitasi
Gerakan normal penuh menentang grafitasi dgn sekikit penahanan
Gerakan normal penuh, menentang grafitasi dengan penahanan penuh

Jenis – jenis Refleks
Ø  Refleks biceps ( C5 & C6 )
Ø  Refleks triceps ( C6 & C7 )
Ø  Refleks brakhialis ( C5 & C6 )
Ø  Refleks abdominalis ( atas T8, T9, T10, bawah T10, T11 & T12 )
Ø  Refleks patella ( L2, L3, & L4 )
Ø  Refleks plantar/ babinski ( L5 & S1 )
Ø  Tanda brudzinsky ( iritasi meningeal )
Ø  Tanda kerning ( kompresi saraf lumbosakral )
Ø  Refleks anal ( S2, S3, & S4 )
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
NO.
Jenis pemeriksaan
Nilai normal
1.
Darah
Haemoglobin
L : 14 – 16 gr %
P : 12 – 14 gr %
Ank : 10 – 14 gr%
Neonatus : 15 – 25 gr%
2.
Hematologi eritrosit
L : 4.2 – 5.6 jt
P : 3.8 – 5.1 jt
Ank : 3.5 – 5.0 jt
3.
Hematologi leukosit
L : 3.8 – 11 rb/mm3
P : 3.8 – 11.0 rb/mm3
Ank : 5.0 – 10 rb/mm3
4.
Hematokrit

5.
Hct
L : 39 – 54 %
P : 34 – 47 %
Anak : 30 – 42 %
6.
MCV
78 – 98 fL
7.
MCH
27 – 35 pg
8.
MCHC
31 – 37 %
9.
Neutrofil
50 – 81 %
10.
Batang
1 – 5 %
11.
Limfosit
14 – 44 %
12.
Monosit
2 – 6 %
13.
Eusinofil
1 – 5 %
14.
Basofil
0 – 1 %
15.
Glukosa sewaktu
 70 – 130 mg/dl
16.
Glukosa puasa
 70 – 110 mg/dl
17.
Glukosa 2 jam PP
70 – 120 mg/dl
18.
HDL cholesterol
 L : > 35 mg/dl
 P : > 45 mg/dl 
19.
Total cholesterol
150 – 200 mg/dl
20.
Trigliserida
 10 – 200 mg/dl
21.
Urea
10 – 50 mg/dl
22.
Creatinine
0,6 – 1,2 mg/dl
23.
Uric acid
L : 3,5 – 7,0 mg/dl
P :  2,5 – 6,0 mg/dl
24.
SGOT / SGPT
8 – 29 U/I
25.
SGPT / GPT
4 – 24 U/I
26.
Urine SEDIMENT

27.
Kerokan kulit
KOH

28.
Gram

29.
SPESIMENT
BTA
CU.KI/KA
Leng. KI/KA
Ph. KI/KA
30.
RAPD TEST



Analisa gas darah
( AGD/BGA )


Ph
7.35 – 7.45
Paru-paru respiratorik
Po2
75 – 100
Pco2
45 – 35
Ginjal metabolik
Be
-2 – (+2)
Hco3
22 – 28
Contoh :
Ph  = 7.50
Pco2 = 50 
Be = 5

  Asidosis                                         Alkalosis


BEBERAPA ENZIM PENTING DALAM MEMBUAT DIAGNOSIS KLINIK
Enzim serum
Pemakaian diagnostic yang utama
Aminotransferase, aspartat aminotransferase
 ( ATS atau SGOT )
Infark miocard
Alanin aminotransferase ( ALT atau SGPT )
Hepatitis virus
Amylase
Pancreatitis akut
Seruloplasmin
Degenerasi hepatolentikuler
( penyakit wilson )
Keratin kinase
Kelainan otot dan infark myocard
Lipase
Pancreatitis akut
Fosfatase asam
Karsinoma metastatic prostat
Fosfatase alkali
Penyakit obstruktif hepar

CIRI – CIRI URINE YG NORMAL
Klasifikasi
Urine
Feces
Warna
Kuning muda
Kuning muda
jumlah  urine
1500 cc/24 jam

konsistensi u feces

Lembek
Frekwensi
4 – 6x / 24 jam

1x/24 jam
Bau
Amoniak
Seperti kotoran biasa
Kejernihan
Jernih


KELAINAN – KELAINAN URINE
      Hematuria  ; adanya darah dalam urine
      Polyuria ; banyak air kemih, biasanya terdpt pada pasien DM
      Disuria ; sakit saat berkemih & urine yg sedikit
Kelainan warna pd urine biasanya karena obat-   obatan atau penyakit  misalnya :
      Urine merah muda ; krn pyramidon
      Urine hitam ; krn salicil
      Urine hijau ; obat – obat ginjal
LUKA BAKAR
Kedalaman Luka Bakar
1. Superficial (derajat I), dengan ciri-ciri sbb:
q  Hanya mengenai lapisan epidermis
q  Luka tampak pink cerah sampai merah (eritema ringan sampai berat).
q  Kulit memucat bila ditekan.
q  Edema minimal.
q  Tidak ada blister.
q   Kulit hangat/kering.
q   Nyeri / hyperethetic
q  Nyeri berkurang dengan pendinginan.
q  Discomfort berakhir kira-kira dalam waktu 48 jam.
q   Dapat sembuh spontan dalam 3-7 hari.
2. Partial thickness (derajat II), dengan ciri sbb.:
q   Partial tihckness dikelompokan menjadi 2, yaitu superpicial partial thickness dan deep partial thickness.
q   Mengenai epidermis dan dermis.
q  Luka tampak merah sampai pink
q   Terbentuk blister
q   Edema
q   Nyeri
q   Sensitif terhadap udara dingin
q  Penyembuhan luka :
Superficial partial thickness : 14 - 21 hari
 Deep partial thickness : 21 - 28 hari
(Namun demikian penyembuhannya bervariasi tergantung dari kedalaman dan ada tidaknya infeksi).
3. Full thickness (derajat III)
q  Mengenai semua lapisan kulit, lemak subcutan dan dapat juga mengenai permukaan otot, dan persarafan dan pembuluh darah.
q   Luka tampak bervariasi dari berwarna putih, merah sampai dengan coklat atau hitam.
q   Tanpa ada blister.
q   Permukaan luka kering dengan tektur kasar/keras.
q  Edemaa.
q  Sedikit nyeri atau bahkan tidak ada rasa nyeri.
q  Tidak mungkin terjadi penyembuhan luka secara spontan.
q  Memerlukan skin graft.
q  Dapat terjadi scar hipertropik dan kontraktur jika tidak dilakukan tindakan preventif.
4. Fourth degree (derajat IV)
q   Mengenai semua lapisan kulit, otot dan tulang.
MACAM – MACAM LUKA ATAU VULNUS
Vulnus adalah kerusakan anatomi, diskontiunitas jaringan akibat trauma dari luar.
1.   Luka terbuka ( vulnus apertum )
Luka terbuka bila kulit rusak melampaui tebalnya kulit.
2.   Luka tajam, sifatnya :
ü  Tepi luka licin
ü  Tidak ada jaringan nekrose diantaranya misalnya :
Luka iris ( vulnus scissum )panjang luka > dalamnya
Luka tusuk tajam ( vulnus ictum ) dalam luka > lebarnya
3.   Luka tumpul misalnya :
ü  Luka tembak ( vulnus sclopetum )
ü  Luka laserasi ( vulnus lacerosum ) bentuknya luas dan terjadi memar
ü  Luka penetrasi ( vulnus penetratum ) bila luka menembus rongga tubuh
ü  Luka avulsi ( vulnus avulsum ) lepasnya sebagian atau seluruh jaringan
ü  Fraktur terbuka


MASALAH KESEIMBANGAN CAIRAN
a)      Hipovolemik
Adalah kekurangan volume cairan ekstraseluler ( CES ) dan dapat terjadi karena kehilangan melalui kulit, ginjal, gastrointestinal, perdarahan dan dapat menimbulkan GGA.
Gejala : pusing, lemah, letih, anoreksia, mual muntah, rasa haus, konstipasi dan oliguri, penurunan tekanan darah. Denyut jantung meningkat, suhu tbh meningkat , turgor kulit menurun, lidah kering dan kasar, mukosa mulut kering. Tanda-tanda penurunan BB akut, mata cekung. Pada anak-anak adanya penurunan jumlah air mata.
Pada pasien syok tampak pucat, denyut jantung cepat, hipotensi dan oliguri.
b)      Hipervolemik
Penambahan atau kelebihan volume CES dapat terjadi pada saat :
ü  Stimulasi kronis ginjal untuk menahan natrium dan air
ü  Fungsi ginjal abnormal dgn penurunan ekskresi natrium dan air
ü  Kelebihan pemberian cairan
ü  Perpindahan cairan intertisial ke plasma
Gejala : sesak napas, peningkatan dan penurunan tekanan darah, nadi kuat, asites, edema, kulit lembab dan distensi vena leher.

Masalah ketidakseimbangan elektrolit
1.      Hiponatremia
Yaitu kekurangan kadar natrium dalam darah.
Penyebebnya :
ü  Diet kekurangan natrium
ü  Malnutrisi
ü  Combutsio/luka bakar
ü  Trauma
ü  Muntah
ü  Diare
ü  Obat tertentu ( barbiturate, anti psikotik, aminophilin dan morfin ) merangsang hipofise untuk mensekresikan ADH  berlebihan.
2.      Hipernatremia
Yaitu kelebihan kadar natrium dalam darah
Penyebabnya :
ü  Kehilangan cairan yg berlebihan
ü  Muntah
ü  Diare
ü  Penyakit tertentu ( gagal jantung dan gagal ginjal )
3.      Hipokalemia
Yaitu kekurangan kadar kalium dalam darah
Peyebabnya :
ü  Combutsio
ü  Muntah yg berlebihan
ü  Diare
ü  Diet tidak adekuat
ü  Obat deuritik ( spt. Lasix ) yg berlebihan
4.      Hiperkalemia
Yaitu kelebihan kalium dalam darah
Penyebabnya :
ü  Fungsi ginjal yg tidak normal
ü  Intake kalium yg berlebihan
ü  Pemberian kalium IV yg terlalau cepat
ü  hemolisis
5.      hipokalsemia
yaitu kekurangan kadar kalsium dalam darah
penyebabnya :
ü  infeksi jaringan
ü  combutsio
ü  neoplasma maligna metastase ketulang
6.      Hiperkalsemia
yaitu kelebihan kadar kalsium dalam darah
penyebabnya :
ü  penyakit ginjal
ü  penggunaan antasida yang berlebihan
ü  osteomalasia
ü  malignansi
ü  imobilisasi yang lama
7.      Hipognesemia 
yaitu kekurangan kadar magnesium dalam darah
penyebabnya :
ü  Diare kronis
ü  Malnutrisi
ü  Alkoholisme
ü  Gagal ginjal
8.      Hipermagnesemia : kelebihan kadar magnesium dalam darah
Penyebabnya :
ü  Gangguan fungsi ginjal
ü  Diare kronis
ü  Gastritis

TINGKAT DERAJAT DEHIDRASI
Derajat dehidrasi menurut WHO
Modifikasi FK unhas
Yang dinilai
Skor
1
2
3
Keadaan umum
Baik
Lesu/haus
Gelisah, lemas, ngantuk/syok
Mata
Biasa
Cekung
Sangat cekung
Mulut
Biasa
Kering
Sangat kering
Pernapasan
< 30x
30 – 40 x
>40 x
Turgor
Baik
Kurang
Jelek
Nadi
< 120x
120 – 140
>140 x
Skor : 6 = tenpa dehidrasi
          7-12 = dehidrasi ringan- sedang
          Lbh dri 13 = dehidrasi berat


Kriteria dehidrasi versi lain :
q  Dehidrasi ringan
Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit kurang elastis, suara serak, penderita belum jatuh pada keadaan syok.
q  Dehidrasi Sedang
Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit jelek, suara serak, penderita jatuh pre syok nadi cepat dan dalam.
q  Dehidrasi Berat
Kehilangan cairan 8 - 10 % dari bedrat badan dengan gambaran klinik seperti tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot-otot kaku sampai sianosis.

Macam – macam cairan dan elektrolit yang umum diberikan :
1.      Larutan nutrient  misalnya : dextrose 5%, 10%
2.      Larutan elektrolit  yang berisi larutan yang bersifat isotonic, hipotonik, dan hipertonik misalnya NaCl 0,9%, Dex 5% dan RL
Contoh cairan hipotonik : NaCl 0,33% dan 0,45%
Contoh cairan hipertonik : NaCl 3% dan 5%, dex 10%.
3.      Cairan asam basa misalnya sodium laktat dan sodium bikarbonat

SYOK TERAPI
Syok adalah suatu kondisi di mana tekanan darah sistemik tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen ke organ vital.
Klasifikasi syok :
  1. Syok hipovolemik.
Syok hipovolemik adalah syok yang diakibatkan oleh kehilangan volume intravaskuler secara akut dan massif.  Hal ini bisa diakibatkan oleh kehilangan darah, plasma, cairan tubuh ataupun elektrolit. Keadaan ini bias terjadi pada luka bakar, perdarahan dalam ataupun luar, diare berat dan lain-lain.
  1. Syok Kardiogenik.
Syok kardiogenik adalah syok yang diakibatkan oleh kelainan pada jantung, misalnya pada aritmia, infark miokardium, kelainan katup ataupun akibat obat-obat myocardial depressant.
  1. Syok Obstruktif.
Syok obstruktif adalah syok yang diakibatkan oleh gangguan pengisian pada ventrikel kanan maupun kiri yang dalam keadaan berat bias menyebabkan penurunan Cardiaac Output. Hal ini bias terjadi pada obstruksi vena cava, emboli pulmonal, pneumotoraks, gangguan pada pericardium (misalnya : tamponade jantung) ataupun berupa atrial myxoma.
  1. Syok Distributif.
Syok distributive adalah syok yang diakibatkan oleh adanya gangguan pada distribusi volume sirkulasi, baik karena perubahan resistensi pembuluh darah ataupun akibat perubahan permeabilitasnya. Hal ini bias terjadi pada keadaan sepsis, anafilaktik ataupun neurogenik
     Empat tanda syok yang paling penting :
  1. Hipotensi terjadi akibat dari berkurangnnya curah jantung. Dikatakan hipotensi jika tekanan darah systole dibawah 80 mmHg atau tekanan nadi dibawah 20 mmHg.
  2. Takikardi terjadi akibat dari refleks simpatis terhadap keadaan hipotensi. Pada orang dewasa frekuensi nadi 60-100 kali/menit, jadi dikatakan takikardi jika frekuensi nadi diatas 100 kali/menit. Pada anak-anak dikatakan takikardi jika di atas 120 kali/menit.
  3. Takipnu terjadi akibat usaha tubuh untuk mengkompensasi hipoksia pada keadaan syok. Pernapasan di katakana takipneu, jika frekuensinya di atas 24 kali/menit.
  4. Penurunan kesadaran terjadi akibat aliran darah ke saraf pusat tidak memadai. Penurunan kesadaran ini bisa berupa kebingungan, letargia, agitasi dan koma.

Berikut ini beberapa gejala-gejala syok, baik yang bersifat subyektif ataupun objektif :

Gejala Obyektif
  1. Pernapasan cepat & dangkal
  2. Nadi capat dan lemah
  3. Akral pucat, dingin & lembab
  4. Sianosis : bibir, kuku, lidah & cuping hidung
  5. Pandangan hampa & pupil melebar

Gejala Subyektif
  1. Mual dan mungkin muntah
  2. Rasa haus
  3. Badan lemah
  4. Kepala terasa pusing

Gejala khusus syok sesuai penyebabnya, antara lain :
  1. Syok Hipovolemik : pasien menunjukkan tanda-tanda dehidrasi, tanda dan gejala perdarahan internal ataupun eksternal.
  2. Syok Kardiogenik : biasanya ada keluhan nyeri dada, tanda-tanda edema paru ataupun kematian mendadak.
  3. Syok Obstruktif : gejalanya sulit dibedakan dengan syok kardiogenik, namun dari riwayat penyakit pasien, syok ini bisa didiagnosa.
  4. Syok distributive : pada awalnya pasien ada demam, riwayat penyakit infeksi sebelumnya, riwayat alergi makanan, obat-obatan, dll.  Bisa juga didapatkan urtikaria dan angioedema serta bronkospasme (terutama pada syok anafilaktik).

PENANGANAN

Penanganan Awal :
  1. segera bawa penderita ketempat teduh dan aman
  2. Tenangkan dan yakinkan penderita bahwa dia akan ditangani dengan baik
  3. Tidurkan penderita, dengan posisi terlentang, tungkai ditinggikan 20-30 cm(± 30°).
  4. Longgarkan pakaian penderita dan jangan diberikan makanan dan minuman.
  5. Kontrol ABC
  6. Segera rujuk ke fasilitas kesehatan.

Penanganan lanjut :
1. Syok Hipovolemik :
ü  Pulihkan status volume
ü  Koreksi gangguan elektrolit
ü  Tangani penyebab
2. Syok kardiogenik
Perbaiki fungsi jantung (Dopamin)
3. Syok Obstruktif
ü  Lakukan penanganan syok secara umum.
ü  Penanganan sesuai dengan penyebab :
§  Tamponade à Pericardiosintesis
§  Emboli paru à Trombokinase
§  Atrial Myxoma, Pneumotoraks à Operasi
4. Syok Distributif
 Dopamin, epinefrin, Antibiotik(sesuai penyebab), Kortikosteroid.

Penanganan lain syok :
A. Dg “resusitasi cairan”
Jenis cairan :
  1. Kristaloid  ( RL, RA, NACL 0,9%, NACL 7%, dextrose )
  1. Isotonic      (NaCl 0.9%, RL)
  2. Hipertonic   (3%, 5%, 7.5%)
2.      Kolloid
  1. Albumin
  2. Dextran 40%, 70%
  3. Hetastarch
3. Darah
           Whole blood/packed red blood cell

B. Dgn obat-obatan
  1. Simpatomimetik   :     dopamin, dobutamine, epinephrine
  2. Vasodilators    :    nitroprusside, nitroglycerine
  3. Vasocontrictors     :   phenylephrine, methoxamine



NYERI
Nyeri ad/ suatu sensori subjektif dan pengalaman emosional yg tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yg actual atau potensial ( IASP ).

NEUROFISIOLOGI NYERI
Neurotransmitter
Substansi P
q  Terdapat di neuron di kornu dorsalis (peptid eksitator)
q  Dibutuhkan untuk mentransmisi impuls nyeri dari perifer ke pusat otak yang lebih tinggi
q  Menyebabkan vasodilatasi dan edema



Serotonin
q  Dilepas dari batang otak dan kornu dorsalis untuk menghambat transmisi nyeri

Prostaglandin
q  Dihasilkan dari pemecahan fospolipid dlm membrane sel
q  Diyakini meningkatkan sensitifitas nyeri
Neuromedulator
Endorphin dan dinorfin
q  Merupakan suplai alamiah tubuh yg berupa substansi seperti morfin
q  Diaktifkan oleh stres dan nyeri
q  Dilokalisasi di dalam otak, medulla spinalis, dan saluran pencernaan
q  Member efek analgesia apabila agens ini menyatu dengan reseptor opiate di otak
q  Terdapat dalam kadar yg lebih tinggi pada individu yg tidak terlalu merasa nyeri dibandingkan yg lain dengan cedera yang sama.

Bradikinin
q  Dilepasa dari plasma yg keluar dari pembuluh darah di jaringan sekitar pada lokasi cedera jaringan
q  Terkait pada reseptor pada saraf perifer, meningkatkan stimulus nyeri
q  Terikat pada sel-sel yang menyebabkan reaksi rantai yg menghasilkan prostaglandin

The National Institutes of Health Consensus Conference on Pain 1986. Mengelompokkan tipe nyeri:
§  Nyeri akut merupakan hasil dari injuri akut, penyakit atau pembedahan,
§  Nyeri kronik non keganasan  dihubungkan dengan kerusakan jaringan yang dalam masa penyembuhan atau tidak progresif,
§  Nyeri kronik keganasan adalah nyeri yang dihubungkan dengan kanker atau proses penyakit lain yang progresif.

Klasifikasi nyeri/jenis nyeri

Ada beberapa perangkat yang dapat digunakan untuk menilai nyeri yaitu
q  Simple Descriptive Pain Distress Scale,
q  Visual Analog Scale (VAS),
q  Pain Relief Visual Analog Scale, Percent Relief Scale
q  0 – 10  Numeric Pain Distress Scal




Keterangan :
0 :Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi  dengan baik.

4-6 : Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis,menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik.

7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi

10 : Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi  berkomunikasi, memukul.

Reaksi psikologis



Respons
Pennyebab atau efek
Stimulasi simpatik
Dilatasi saluran bronkiolus dan peningkatan frekwensi pernapasan.
Peningkatan frekuensi denyut jantung.
Vasokontriksi perifer (pucat, peningkatan tekanan darah ).

Peningkatan kadar glukosa darah
Diaforesis
Peningkatan ketegangan otot
Dilatasi pupil
Penurunana motilitas saluran cerna

Stimulasi parasimpatik
Pucat
Ketegangan otot
Penurunan denyut jantung dan tekanan darah
Pernapasan yang cepat dan tidak teratur


Mual dan muntah
Kelemahan atau kelelahan


Menyebabkan peningkatan asupan oksigen

Menyebabkan peningkatan transport oksigen
Meningkatkan tekanan darah disertai perpindahan suplai darah dari perifer dan visera ke otot-otot skelet dan otak
Menghasilkan energi tambahan
Mengontrol temperatur tubuh selama stres
Mempersiapkan otot untuk melakukan aksi
Memungkinkan penglihatan yang lebih baik
Membebaskan energi untuk melakukan aktivitas dengan lebih cepat

Menyebabkan perpindahan darah dari perifer
Akibat keletihan
Akibat stimulasi vagal
Menyebabkan pertahanan tubuh gagal akibat stres
Nyeri yang terlalu lama
Mengembalikan fungsi saluran cerna
Akibat pengeluaran energi fisik


Implikasi pengkajian nyeri untuk intervensi keperawatan
1)      Awitan dan duras
Intervensi keperawatan : berikan analgesik sehingga kerja puncak obat terjadi saat nyeri terasa paling akut ( misalnya selama mengganti balutan )
2)      Lokasi
Intervensi kep. : Posisikan klien yaitu posisi daerah nyeri tidak terkena. Lakukan terapi lokal ( misalnya balutan elastik dan pembebatan ).

3)      Keparahan
Intervensi kep. : perubahan atau intervensi revisi, bergantung pada keberhasilan suatu intervensi
4)      Faktor presipitasi atau faktor yang memperburuk
Intervensi kep. : hindari aktifitas yang menyebabkan atau memperburuk nyeri. Ajarkan klien atau keluarga untuk menghindari aktivitas yang sama.
5)      Tindakan penanganan
Intervensi kep. : gunakan tindakan yang klien gunakan untuk menghilangkan nyeri sepanjang tindakan tersebut aman dan cocok.

Klasifikasi nyeri menurut lokasi
Lokasi                               
Karakteristik
Contoh penyebab
Superfisial atau kutaneus
Nyeri akibat stimulasi kulit


Viseral dalam
Nyeri akibat stimulasi organ-organ internal





Nyeri alih ( referred )
Merupakan fenomena umum dalam nyeri




Radiasi
Sensasi nyeri meluas dari t4 awal cedera ke bagian tubuh yang lain


Nyeri berlangsung sebentar dan terlokalisasi. Nyeri biasanya terasa sebagai sensasi yang tajam.

Nyeri bersifat difus dan dapat menyebar kebeberapa arah. Durasi bervariasi tetapi biasanya berlangsung lebih lama dari pada nyeri supervisial. Nyeri dapat terasa tajam, tumpul, atau unik tergantung organ yang terlibat.

Nyeri terasa dibagian tubuh yang terpisah dari sumber nyeri dan dapat terasa dengan berbagai karakteristik.



Nyeri terasa seakan menyebar kebagian tubuh bawah, atas sepanjang bagian tubuh. Nyeri dapat menjadi intermiten atau konstan.


Jarum suntik, luka potong kecil atau laserasi.



Sensasi pukul ( crushing ) mis. Angina pektoris, sensasi terbakar mis. Ulkus lambung.





Infark miokard, yang menyebabkan nyeri alih ke rahang, lengan kiri, dan bahu kiri, batu empedu yang dapat mengalihkan nyeri ke selangkangan.

Nyeri punggung bagian bawah akibat diskus intervertebral yang ruptur disertai nyeri yang meradiasi sepanjang tungkai dari iritasi saraf skiatik.

Indikator perilaku efek nyeri
Vokalisasi
Ø  Mengaduh
Ø  Menangis
Ø  Sesak napas
Ø  Mendengkur
Ekspresi wajah
Ø  Meringis
Ø  Menggeletukkan gigi
Ø  Mengerutkan dahi
Ø  Menutup mata atau mulut dengan rapat atau membuka mata atau mulut dengan lebar
Ø  Menggigit bibir
Gerakan tubuh
Ø  Gelisah
Ø  Imobilisasi
Ø  Ketegangan otot
Ø  Peningkatan gerakan jari dan tangan
Ø  Gerakan ritmik atau gerakan menggosok
Ø  Gerakan melindingi bagian tubuh
Interaksi sosial
Ø  Menghindari percakapan
Ø  Fokus hanya pada aktifitas untuk menghilangkan nyeri
Ø  Menghindari kontak sosial
Ø  Penurunan rentang perhatian


BEBERAPA DEFINISI OBAT
Antasida = obat yg menetralkan sebagian asam lambung
Antikolinergik = obat yang mengurangi sekresi asam lambung & motilitas         gastrointestinal
Antiflatulens = obat yang dipakai untuk mengatasi perut kembung
Antispasmodik = obat yang merelaksasi spasme otot dan mengurangi hipermortalitas saluran cerna
Laksatif = obat yg dipakai memperlancar defekasi atau mengosongkan isi usus
Antihelmintik = dipakai untuk mengobati infestasi cacing/parasit.
Analgesik = obat yang menghilangkan rasa sakit

Terapi farmakologi
Untuk penyakit musculoskeletal
v  Obat untuk arthritis

ü  NSAID ( non-sterodial anti-inflamatori drugs ) dipakai untuk mengatasi nyeri dan radang sebagian besar penyakit muskuloskelet seperti arthritis, arthritis rheumatoid, spondilitis & osteoarthritis.
ü  Aspirin dan salisilat-Na
Efek nti inflamasi aspirin tercapai bila kadar salisilat aplasma berkisar antara 150-300 mg/L, yang umumnya tercapai dgn dosis 2,6 – 6 g aspirin/hari.
Tetapi nyeri yang diatasi umumnya berintensitas rendah dari tulang dan sendi. Selain itu obat ini juga dipakai untuk sakit kepala,  sakit gigi, demam rematik akut.
Reaksi merugikan dari terapi obt ini adalah sakit kepala, pusing dan tinnitus khususnya pada dosis tinggi, disertai kesukaran mendengar, mata kabur, bingung, berkeringat, haus, memburuknya keadaan encok dll.



Table interaksi obat dengan aspirin
Obat
Interaksi yg mungkin
Alkohol

Ammonium klorid & asam askorbat
Antacid

Antikoagulan


Menambah iritasi GI, resiko perdarahan lambung.
Meningkatkan kadar salisilat akibat kirens urine menurun.
Menurunkan kadar salisilat plasma akibat klirens urine meningkat
Meningkatkan resiko perdarahan lambung.
Meningkatkan efek hipoglikemik dgn sulfonil urea dan aspirin dosis tinggi.

Penggunaan klinis aspirin umumnya obat pilihan pertama untuk arthritis rheumatoid tetapi kurang relative untuk menolong untuk pengobatan gout akut dan spondilitis berat. Sebagai analgetik dosisnya 600 mg- 1g, sebagai anti inflamasi dosis totalnya 4-6g sehari, setiap 3-4 jam sekali minum bila perlu.

ü  Sulindak
Sulindak ( clinoril ) adalah deriviat indometasin, agens ini diberikan 2 kali sehari.
Reaksi merugikan yang paling sering adalah konstipasi, nyeri epigastrik dan mual.
Kegunaanya sama efektifnya dengan aspirin untuk arthritis rheumatoid. Dosisnya 200 mg ( 2x sehari ) untuk arthritis rheumatoid berat, dosis ini dapat diturunkan menjadi 200 mg sehari.
ü  Fenemate
Obat dlm kelompok ini adalah asam flufenamik  ( arlef ), asam mefenamat
( ponstan ) yang memiliki kerja analgesik, antipiretik dan anti inflamasi ringan.
Reaksi merugikan dari agens ini adalah iritasi gastrointestinal, dyspepsia, dan diare.
Interaksi asam mefenamat dan asam flufenamik mengikat kuat pada protein plasma dan dapat memperkuat aktifitas antikoagulan jadi harus hati-hati pada pasien yang menerima warfarin.
Kegunaan klinis obt ini dpt dipakai untuk mengobati osteoarthritis, spondilitis, dan arthritis rheumatoid.
ü  Piroksikam
Memiliki efek anti inflamasi, analgesic, dan antipiretik. Agens ini juga menghambat biosintesis prostaglandin ( mediator radang ).
Reaksi merugikan terutama pada abdomen yaitu kembung, mual, konstipasi, diare, pusing dan sakit kepala.
Kegunaan klinisnya sebagai pengobatan simtomatik arthritis rheumatoid, osteoarthritis dan spondilitis. Dosis yang disarankan adalah 10 mg sehari, lalu dinaikkan sampai 20 mg sebagai dosis tunggal. Tidak disarankan dosis melebihi 20 mg.
ü  Untuk pengobatan arthritis jangka panjang agens yang digunakan yaitu alupurinol, probenesid, sulfinpirazon, salisilat, kolkisin. Pengobatan jangka panjang bertujuan mengurangi asam urat dalam tubuh dengan meningkatkan eksresinya melalui ginjal atau menurunkan sintesis dalam jaringan dengan memakai alupurinol ( zyloprim, zyloric ). Perlu beberapa bulan. Alupurinol             ( zyloric ) mengurangi pembentukan asam urat dari purin dengan menghambat enzim oksidase xantin. Karenanya dapat digunakan pada pasien dengan gangguan ginjal. Rata-rata dosisnya 200-600 mg sehari. Dapat diberi bersama salisilat. Probenesid ( benemid) adalah agens urikosurik yang meningkatkan keluarnya asam urat melalui ginjal. Terapi dimulai dengan 250 mg 2x sehari untuk 1 minggu dan kemudian dinaikkan dengan 250 mg / minggu sampai dosis harian 2g tercapai. Obat ini tidak dapat dipakai pd pasien dengan insufisiensi ginjal. Sulfinpirazon ( anturan ) juga bersifat urikosurik. Demulai dengan 50 mg 2x sehari , berangsur dinaikkan setiap minggu  200-400 mg sehari.

Terapi farmakologi untuk penyakit saluran pencernaan
v   Tujuan utama pengobatan
1.      Mengurangi sekresi asam dan kandungan asam lambung dengan antasida, antikolinergik, antagonis reseptor –H2 dan inhibitor pompa proton.
2.      Memperbaiki mekanisme pertahanan lambung melalui mekanisme sitoprotektif, termasuk penggunaan obat yang member perlindungan setempat pada luka ulkus atau yang berefek umum memperkuat sawar mukosa lambung terhadap asam.
v  Antasida
Normalnya pH lambung bersifat asam dan keasaman ini bertambah setelah makan. Antasida menetralkan sebagian secret asam ini. Pada dosis standar ( 10-15 ml cairan), antasida hanya mengatasi nyerinya, tetapi dengan dosis tingggi yang sering diberi akan berefek menyembuhkan ulkus. Dosis ini antara 20-40 ml dan dapat diberi sering kali ( setiap jam selama waktu siang ).
Antasida dipakai untuk mengobati ulkus ventrikuli, ulkus duodeni, dyspepsia dan esofagitis. Yang termasuk antasida adalah aluminium hidroksida, magnesium hidroksida, magnesium karbonat, magnesium trisilikat dan kalsium karbonat. Campuran aluminium hidroksida dengan magnesium hidroksida adalah campuran umum pada banyak obat ( Mylanta, Gastrogel, Aludrox, Simeco ).
Antasida hendaknya diberi segara setalah makan dan sebelum tidur malam. Dosis tambahan dapat diberikan diantara waktu makan untuk mengurangi nyeri. Dosis umumnya adalah 1 – 2 tablet setiap minum ( sebaiknya dikunyah ).

ü  Reaksi merugikan
Garam aluminium dapat mengakibatkan konstipasi, garam magnesium dapat mengakibatkan diare, pemakaian aluminium hidroksida berkepanjangan dapat mengakibatkan habisnya fosfat, kalsium karbonat dapat mengakibatkan konstipasi dan batu ginjal pada gagal ginjal,natrium bikarbonat sebagai antasida dapat menimbulkan alkalosis sistemik dan retensi cairan, oleh karena itu batasi penggunaannya.  Antasida dapat mengganggu absorpsi antibiotic, khususnya tetrasiklin.

ü  Pengkajian
Sebelum member antasida riwayat pasien perlu dikaji terhadap adanya insufisiensi ginjal, edema, atau hipertensi sehingga perlu menggunakan substansi yang mengandung kalsium karbonat atau Na-bikarbonat. Periksa apakah sedang minum tetrasiklin atau salisilat. Antasida dapat menurunkan kadar salisilat plasma dan mencegah absorpsi tetrasiklin.

ü  Itervensi
Dalam pemberian agens ini kocok dahulu sebelum member obatnya ( bila cair ). Bila bentuk tablet sebaiknya dikunyah terlebih dahulu. Antasida umumnya diberi sesudah makan dan sebelum tidur. Bila timbul diare atau konstipasi sebaiknya obat diganti dengan jenis lain.
v  Antikolinergik
Obat antikolinergik mengurangi sekresi asam lambung dengan menghambat aktivitas nervus vagus. Ini berakibat penurunan motilitas gastrointestinal ( efek anti spasmodic ). Agens ini dipakai dalam pengobatan ulkus ventrikuli, ulkus doudeni, dan kolon spastic ( kolitis ). Dapat dipakai bersama antacid. Agens ini diberikan 30-60 menit sebelum makan dan sebelum tidur.

Antikolinergik yang umum dipakai
Nama generik
Nama dagang
Kekuatan tablet
Sulfas atropine
Senyawa beladona
Glikopirolat
Hioksin metobromid
Isopropramid iodide
Pentienat metobromid
Propantelin bromid

Macam-macam
Robinul
Pamine
Tyrimide
Monodral
Pro-banthine

Macam2
1 mg
2,5 mg
5 mg
5 mg
15 mg


ü  Reaksi merugikan
Mulut kering, pandangan kabur, pupil dilatasi, takikardia, konstipasi, sukar berkemih, pusing, bingung dan impoten. Antikolinergik dikontraindikasi pada glaucoma, hipertrofi prostat, refluks esophagus, dan esofagitis.


v  Antagonis reseptor-H2
Yang termasuk golongan ini adalah simetidin, ranitidin, dan famotidin.
Simetidin ( tagamet ) terdapat dalam bentuk tablet 200 mg dan 400 mg, dan ampul 200 mg     ( 200 mg/2 ml ), ranitidin ( zantac ) dalam bentuk tablet 150 mg dan 300 mg, dan ampul 50 mg ( 50 mg/ 2 ml ) dan famotidin ( pepcidine ) dalam bentuk tablet 20 mg dan 40 mg. ketiganya adalah antagonis reseptor-h2 ( histamine-2 ). Selain berefek vascular seperti utuk alargi, histamine juga meningkatkan sekresi asam lambung.
ü  Reaksi merugikan
Sakit kepala, pusing, mengantuk, bingung (pada lansia) diare dan konstipasi.

ü  Interaksi obat
Cimetidin menghambat enzim metabolic hati sehingga mangurangi laju metabolisme banyak obat. Secara klinis cimetidin berinteraksi dengan fenitoin, warfarin, diazepam, teofilin, propanolol dan lignokain.








Dosis antagonis reseptor-H2 dalam pengobatan ulkus peptikum
Obat
Pengobatan akut
Pemeliharaan
Dosis maksimal
Cimetidin
( tagament)










Ranitidin (zantac)


Famotidin (pepcidine)
800 mg malam atau 400 mg pagi dan malam atau 200 mg 3x sehari dan 400 mg malam (pemberian antasida setelah makan dapat diberi untuk meredakan nyeri).

300 mg malam atau 150 mg pagi dan malam

40 mg malam
400 mg malam










150 mg malam


20 mg malam
2g perhari










900 mg/hr


480 mg/hr
Catatan : dosis malam diminum sebelum tidur